Selasa, 07 Juli 2009

YANG DOYAN KOREK 2 MOTOR SEASON 2



yang harus diubah dari motor anda :

PILIHAN 1

bore up 180 cc .
rasio kecil .
roller 7 gram .
tebalkan kampas kopling .
klep toyota camry .
knalpot bore up .
karu drag dibawah 500 ribu orisinil venturi lebih daro 30mm
cdi brt dual band
sepul an magnet dilepas
bahan bakar pertamax
bubut magnet
bore dan stroke diubah
pen stroke
noken as drag

total 3 jutaan . . .

YANG DOYAN KOREK 2 MOTOR

a







Kisah Si Bolang
2009-06-26 21:14:13

2407hal8_miobali_boyo1.jpgKemana saja, kapan saja dan siapa saja! Kalimat yang pantas mewakili Yamaha Mio Sporty milik Topan Wibowo. Bagai tokoh anak pemberani juga petualang di televisi, skubek merah ini dijuluki Si Bolang alias si Bocah Petualang. Karena kiprahnya di kebut malam hari 400–800 meter bersama siapa pun siap dilakoni.

"Ya. Selama ini sih, belum ada yang mampu mengalahkan si Bolang. Tapi sejujurnya hal ini enggak bikin bangga, karena itu bukan prestasi kayak di balap resmi. Yah, hanya untuk sekadar iseng doang,” ujar Topan yang tinggal di daerah Cengkareng Barat, Jakarta Barat.2408hal8_miobali_boyo2.jpg

Meski belum terkalahkan, tapi mantapnya Topan rela berbagi cerita. Maksute cerita soal seting di skubek yang punya riding style merunduk. Agar mudah bergaya macam Superman saat digeber.

Untuk bikin skubek ini melesat cepat di trek lurus, suami dari Lucy Prabowo ini menyerahkan ke Mr. MK. Doi mekanik salah satu bengkel di kawasan Bintaro. Kini, kapasitas mesin skubek yang sudah keliaran di Jakarta dan daerah lainnya ini menjadi 281 cc. Wah, hampir tiga kali lipat dari kapasitas standarnya ya?

2409hal8_miobali_boyo3.jpgSemua akibat stroke naik 24 mm. Itu karena pemakaian setang piston Suzuki K125 dari Thailand. “Pakai setang piston ini, memungkinkan untuk geser big end atau pen kruk-as sekitar 12 mm. Pen ini lebih kecil dari pen kruk-as Mio. Maka naik-turun jadi 24 mm,” ungkap Mr. MK yang juga mau buka suara.

Belum lagi, ukuran setang K125 yang lebih panjang dari milik Mio. Yup! Panjang setang K125, sekitar 116,5 mm. Sedangkan setang Mio, hanya 93 mm. Makanya, blok piston pun musti diganjal pakai pakai paking aluminium tebal 35 mm.

Lalu biar sampai ke angka 281 cc, liner silinder juga dijejali piston milik Kawasaki Bosh dari Thailand. Piston ini, punya diameter 66 mm. “Pen piston K125 adalah 16 mm. Makanya, cocoknya sama piston Bosh,” cerocos Topan mewakili Mr. MK.

Menemani tonjokan besar dari mesin bawah, klep milik Toyota Camry dipasang ke kepala silinder. Ukuran dibikin 34 mm (in) dan 29 mm (out). Lalu biar klep sempurna buka-tutup, noken as Kawahara tipe racing only disandingkan.

“Noken as ini punya durasi 275º (in) dan 269º (out),” kata Mr. MK yang kembali buka suara. Kemudian, head pun dipapas sekitar 1,5 mm. Komposisi ini, membuat si Bolang punya kompresi 15,5 : 1. Wah, tinggi juga ya! Makanya dikasih minum bensol tuh.

Terakhir! Biar tenaga besar tersalur ke roda dan enggak bikin selip, kampas kopling dipercayakan ke kampas dari merek yang sama dengan noken-as dengan tipe drag. Begitunya power sempurna meluncur ke roda yang menemani rasio 17/ 39 mata juga dari merek sama.

Blar...blar...!

Penulis/Foto : Eka/Boyo

















Jika dilihat dari tampilan, rasanya enggak meyakinkan banget sebagai motor balap liar yang fenomenal. Tapi begitulah faktanya, Suzuki Shogun SP ini sudah tiga kali malam minggu berhasil membuat komunitas balap liar di kawasan Pramuka, Jakarta Timur penasaran. Semua bebek standar korek yang wara-wiri di situ sudah ditaklukan, bahkan terakhir Suzuki Satria F-150 pun dibuat geleng kepala.

"Sengaja saya biarkan tampilannya seperti ini karena ini kendaraan harian kok. Nongkrong di Pramuka ya buat iseng-iseng aja," kata Boy Martin SE, si pemilik Shogun ini. Saat ditanya apa rahasia utama dari data mencengangkan tadi, taunya knalpot yang dari bentuknya aja sangat jelek.2276hal8_shogun_boyo2.jpg

Knalpot itu punya mufflernya berbentuk kotak. "Kita terapkan teknologi turbo cyclone di dalam muffler dengan cara membuat lorong berputar sebanyak tiga kali di dalamnya," kata Hendri Martin dari Dysha Motor yang merisetnya. Putaran itu menghasilkan tenaga tambahan, maka performa motor akan melonjak juga. "Biasanya orang buat ini di bagian lehernya, tapi kita coba di muffler," lanjut Hendri yang terus melakukan riset ini.

Hal lain yang diyakini mendongkrak tenaga adalah pembenahan di sektor pengapian. "Misalnya saja pakai x-trem power penguat api dari busi, juga CDI stabilizer supaya arusnya lebih optimal," beber Hendri yang membuat sendiri seluruh komponen ini. Sementara CDI menggunakan merek BRT tipe Smart Click yang memiliki 16 kurva.

2277hal8_shogun_boyo3.jpgDi dalam dapur pacu sendiri hanya dilakukan penggantian piston dengan merek Izumi yang berbentuk jenong dengan ukuran oversize 50 dari standar. Kompresi naik, tapi sayang Hendri belum mengukur angka pastinya. Pada noken as juga dilakukan sedikit ubahan dengan membubut ulang dan membuat durasi kemnya sekarang menjadi 280. Akhirnya dengan perlakuan seperti itu saat motor dinaikkan ke mesin dyno didapat grafik yang terus naik dan puncaknya 11,7 dk di 9.000 rpm. Tenaga besar itu sempat membuat motor ngepot saat start.

Mantap!

TETAP IRIT2278hal8_shogun_boyo4.jpg

Ini juga memberikan bukti bahwa motor kencang itu tidak berarti boros. Karena di Shogun SP ini konsumsi bensin harian sangat irit. Menurut pengakuan Boy, saat ini untuk 1 liter bensin bisa menempuh jarak 62 km. Jauh di atas data standar yang hanya 1 liter : 45 km

Angka seperti itu bisa didapat setelah Boy juga memasang generator hydrogen di motor ini. Seperti pernah kita ulas, instalasi ini memang bisa memberikan efek efisiensi sekitar 40-an%. Gas hydrogen dari tabung generator dialirkan ke intake sehingga ikut meledak dan memberikan tenaga yang lebih jika dibandingkan bensin.

"Kita mengoptimalkan komponen standar dengan pemasangan sejumlah booster," timpal Hendri yang merakit rangkaian beberapa booster di motor ini. Misalnya DC booster dan CDI stabilizer.

DATA MODIFIKASI

Karburator : Main-jet 105, pilot-jet 17,5
Noken as : Standar dibubut, durasi 280
Per kopling : HRP
CDI : BRT Smart Click 16 Kurva
Piston : Izumi jenong, oversize 50 DC
Booster : Multiniaga Solusindo
CDI Stabilizer : Multiniaga Solusindo
Koil : Suzuki RM
Gir : TK
Dysha Motor : 0811-8945-52

Penulis/Foto : Nurfil/Boyo













Boring yang dipakai mesin diesel ramai diaplikasi mekanik yang suka bore up. Utamanya besutan skubek pelahap trek lurus yang rata-rata sudah pakai piston diameter di atas 70 mm.

“Pakai boring mesin diesel seperti merek Yanmar atau Kubota. Mesin ini biasa dipakai untuk memutar kompresor atau las. Boringnya lebih kuat dan tahan panas (gbr. 1),” jelas Arif Mutaqin. 2425hal14_boringdiesel_bela2.jpgDia mekanik khusus mesin skubek yang sekarang buka bengkel sendiri di rumahnya di Jl. Kramat Asem Gede Timur, No. 2, RT 03/05, Jakarta Timur.

Selain itu material boring diesel yang berasal dari besi ancuran terbilang halus. “Berbeda dengan bahan boring standar yang disediakan oleh tukang bubut. Pori-porinya lebih besar (gbr. 2),” ungkap Arif yang bengkelnya dinamai Arif Garage.

Nah, bagian liner boring yang pori-porinya besar bisa bikin oli rembes, inilah yang membuat mesin skubek bore up jadi gampang ngebul. “Selain itu ketebalan liner pun jadi perhatian disarankan 2-3 mm biar mesin bisa tahan panas,” lanjutnya.

2426hal14_boringdiesel_bela3.jpgBiar aman saat proses pemasangan juga perlu perlakuan khusus. “Buatkan nut atau penahan antara boring dan blok yang melingkar selebar 2 mm. Ini biar kondisi boring yang nempel tidak mendem atau bergeser akibat kompresi tinggi,” terang mekanik yang lama malang melintang bikin skubek bore up ini.

Pengalaman Arif posisi boring yang mendem atau geser 0,5 mm saja sudah bisa bikin kompresi bocor. Malah oli bisa masuk ke dalam ruang bakar yang bikin mesin ngebul. Masalah ini juga yang mengakibatkan motor jadi enggak bertenaga.

Terakhir, tinggal mengatur clearence atau celah antara piston dan liner saat proses hun di tukang bubut. “Sebaiknya jangan terlalu rapat, ukurannya cukup 0,3 mm (gbr. 3),” tutup Arif yang sebentar lagi bakal menyediakan part mesin bolt on buat skubek.

Penulis/Foto : Belo/Bela













Di balap skubek, kelas 125 dan 150 cc tidak boleh lebih. Artinya kapasitas mesin maksimal wajib 125 cc dan 150 cc. Jika lewat dari itu kena diskualifikasi. Khusus yang 150 cc mengacu regulasi yang diterbitkan Pengprov IMI Jawa Barat.

Berdasarkan itu, PT FIM (Federal Izumi Manufacturing) alias Izumi memproduksi piston sesuai regulasi. Seperti untuk Yamaha Mio 125 cc, diameter piston dirancang 52 mm. Kapasitas silinder jadi 122,9 cc. Tidak lewat dari 125 cc kan?

Begitupun piston untuk Mio kelas 150 cc, diameter 57 mm. Volume silinder jadi 147,7 cc. Tidak melewati batas 150 cc. “Kelebihan lainnya kepala piston dibuat jenong. Kompresi bisa dibuat tinggi,” jelas Nurul Fajar dari Product Development Section Head PT FIM.

Katanya kepala piston dirancang jenong tapi sesuai bensin Pertamax Plus. Kompresi yaitu 13 : 1, kalau mau lebih rendah lagi silakan cukur kepala piston agar kompresi jadi 12,5 : 1.

Piston FIM-BRT ini dilego Rp 165 ribu ini bisa didapat di toko variasi O2 Motor. Jl. Pungkur, No. 98, Bandung. Telepon (022) 5230943. Untuk Jakarta, (021) 74713827.

Penulis/Foto : Aong/David









odif mesin kompresi tinggi masih diminati para pecinta kecepatan. Oleh sebab itu, Chandra Sopandi spesialis rombak dapur pacu kembali menetaskan temunnya berupa paket head high comp khusus buat Jupiter-Z.

Beraninya dia mengklaim kompresi tinggi, lantaran pemilik bengkel bubut Master Tjendana itu sudah mengukur paket yang sudah diterapkan ke Jupiter hingga memiliki perbandingan kompresi 21 : 1. Wah tinggi amir, seperti mesin diesel aja.

Chandra yang buka bengkel di Jl. Pagarsih, No. 146, Bandung itu juga sudah geser sudut klep. Sudah terapkan klep lebar 26/23 mm. Bos phosforbronze dan sitting klep albronze.

Paket dibanderol Rp 1,750 juta itu juga sudah dilengkapi piston Izumi diameter 52 mm atau oversize 100 berikut ring piston. Bentuk kepala piston agak tinggi juga jenong dan sudah diseting lubang klep di kepala piston. Makanya diukur pakai buret hingga hasilnya bisa setinggi itu.

“Sengaja dibikin tinggi. Maksudnya biar user bisa atur lagi kompresi dengan cara mengatur ulang tinggi kepala piston dan lubang payung klep di piston. Kan kompresi bisa turun. Yang repot itu kalau mau naik kompresi. Harus tambah daging,” lanjut Chandra yang bisa dikontak di (022) 6022179.

Penulis/Foto : Kris/Istimewa


















Balap skubek untuk sementara baru dibuka 6 kelas. Satu kelas bisa diikuti 60 starter yang berjubel dan berdesakan. Sebagai solusi harus dibuatkan kelas baru. Setuju!!!!

Berdasarkan masukan komunitas skubek doyan ngebut, kelas 175 cc sangat mungkin dilombakan. “Bisa diikuti semua merek,” jelas Fredy ‘Ojo’ Rostiawan dari komunitas skubek Vertex Bandung.

Untuk Yamaha Mio sih eces ikut kelas ini. “Cukup menggunakan stroke standar. Tapi seher diameter 62 mm milik GL-Pro platina oversize 100. Kapasitas silinder loncat jadi 174,7 cc,” jelas Chandra Sopandi dari bengkel bubut Master Tjendana Bandung.
2371hal22_kapmatic_aong2.jpg
Sementara pengguna Suzuki Spin 125 atau Dynamatic 125 juga tidak perlu repot. Menurut Fredy, silakan caplok seher Honda Tiger standar diameter 63,5 mm. Meski masih menggunakan stroke standar 55,2 mm, volume silinder bisa mencapai 174,7 cc.

Isi silinder Spin 125 akan bejaban lawan Mio. Namun perlu diingat, pin seher Tiger 15 mm. Sedang skubek Suzuki hanya 14 mm. Bisa dibuatkan bos atau kerok lubang setang seher biar pas. Beres.

Skubek Honda rada-rada susah. Dirancang sangat irit. Sulit dijejalkan seher diameter gede. Konon faktor ini juga yang membuat pabrikan Honda alergi balap skubek. Katanya kalah spek. He...he..he...

Blok silinder Honda Vario dan BeAT tipis. Misalkan milik Vario, “Meski sudah ganti boring, maksimum hanya bisa dipasangi seher 58 mm,” cocor Jesy Liga Siswanto dari Kawahara Racing.

Solusinya bisa naik stroke. Fredy bersama komisi teknik Perprov IMI Jawa Barat menyarankan agar naik stroke 10 mm. Lebih juga silakan. Apa bisa ya?

Mari dihitung bersama. Jika Vario atau BeAT terapkan seher 58 mm. Stroke standar 55 mm kini naik 10 mm jadinya 65 mm. Maka kapasitas silinder akhir jadinya 171,6 mm. Masih bisa melawan Yamaha dan Suzuki.

Nah, berarti 3 pabrikan besar sudah bisa ikutan. Tinggal pembalapnya yang ditentukan. Untuk pemula atau seeded?

Berkaca dari kelas FFA yang terbuka open buat pemula dan seeded, berarti kelas 175 cc ini juga sama. “Artinya antara pemula dengan seeded harus dipisah biar adil,” usul Agung Ekoks, pembalap dari Bandung.

“Jadinya kelas baru yang bakal dilombakan ada dua. Kelas 175 cc seeded dan 175 cc pemula,” usul Dendy Bregonondo, pembalap Jakarta dari JP Racing.

Perlu diingat juga, kelas 175 cc ini adalah mini FFA. Regulasinya menginduk dari kelas FFA dan 150 cc. Karburator mengikuti kelas 150 cc yang hanya 28 mm. Kalau mau lebih gede, silakan direamer jadi 30 mm.

Sedang sistem transmisinya menginduk kelas FFA alias dibebaskan saja. “Daleman CVT dan rasio silakan dimodif atau diganti,” usul Fredy yang aslinya pem balap gokart itu.

Namun ukuran roda dibatasi 14 inci agar dilirik sponsor dan demi efisiensi tim. Kecuali skubek yang dari pabriknya sudah aplikasi lingkar roda yang sudah 16 inci. Monggo tetap dipake.

Contoh Peraturan Teknis Kelas 175 cc di balap skubek event Pertamax Plus BRT Indotire Matic Race & Party 2009
• Mesin maksimal 175 cc
• Bore & stroke boleh diubah
• Diameter klep bebas
• No. mesin dan rangka sesuai STNK
• Kem bebas
• Venturi karbu maksimum 30 mm
• Bahan bakar Pertamax Plus
• Sistem pengapian standar dengan CDI BRT
• Magnet boleh dibubut
• sepul & magnet boleh dilepas
• Bagian CVT bebasRasio bebas
• Ring pelek sesuai standar pabrik
• Bahan pelek boleh aluminium ringan
• Ban 1 merek yaitu Indotire ring 14 inci, kecuali yang dari pabrik 16 inci ban bebas tapi merek lokal
• Knalpot bebas atau disuplai dari sponsor

Penulis/Foto : Aong/Boyo, Aong













YAMAHA MIO SOUL 2007 (JAKARTA)

cobamioIngat kan awal lahirnya skubek? Sekadar flash back, awalnya tipe ini katanya buat kaum hawa. Tentu dengan kemudahan dalam pengoperasian. Tapi apa yang terjadi sekarang.
Tampilan macho dan begitu laki-laki sudah banyak dilakukan. Satu yang terbaru from Jakarta, ini adalah kreasi FIM Paint Design yang cukup menggebrak dunia modif skubek.
Sebagai awalan, ciri motogp kental yang namanya bodi sporti. Makanya builder punya nama lengkap Budi Prasetyo. Cuma dipakai costum (baju) Jorge Lorenzo yang lainnya costum sendiri.

Hal ini memacu siempunya selain melakukan modifikasi bodi mesin juga dilakukan perombakan yang gunanya untuk menunjang performa mesin kenyamanan dan keamanan berkendara.

Hal yang dilakukan untuk keamanan berkendra merubah brake melihat

peforma mesin yang baik maka ditunjang dengan peubahan pada brake agarbrake-fornt1 terkendali, diameter piringan menggunakan 28 mm merk My Bug, dipilih ukuran tersebut agar nyaman waktu melakukan pengereman tidak terlalu membahayakan, kalau menggunakan diameter yang lebih besar kemungkinan tidak terlalu baik kerena diameter yang besar membuat pengereman menjadi amat tajam dan bisa membahayakan sipengguna jika cuaca hujan. Disarankan diameter disc brake untuk skutik menggunkan diameter 28 mm sangat sesuai dan ideal.

blokPerforma mesin untuk urusan engine diserahkan ke Kembar Racing, adapun yang dilakukan adalah merubah kapasitas mesin menjadi 200 cc (blok standard di Bore Up), menggunkan seher Honda tiger.

Head diganti dengan pdoduk keluaran Kawahara denganhead spek Klep isap 34 mm dan buang 29 mm. Klep untuk ukuran sebesar itu tidak ada dipasaran maka alternative nya menggunakan klep Toyota Camry yang lumayan besar.

Boce/Jhoni sang mekanik kembar racing menganjurkan naik struk agar lebih dasyat, maka strokedipilih primary drive merk kawahara ukuran 17-45, Stang piston Kawahara dan Pin Stroke dipilih 4 mm.
Agar tidak merubah ukuran Noken As standar nya maka sang empunya mengganti Noken As dengan merk Kawahara juga yang dipilih adalah Mio Racing Kawahara durasi

















Mio Balap
10:22
modifikasi Balap
0 Komentar


Ini dia kampiun kelas Matic Bore Up 150 cc Pemula di gelaran balap skubek beberapa minggu lalu. Dendy Bre, racer tim Dot Matic Kawahara Clinic Motor, berhasil menyisihkan 43 lawan lain yang terjun di kelas yang sama.

Padahal menurut pria yang sering disebut MC sebagai raja matic ini, korekan di Mio besutannya tergolong sederhana. Juga diamini sang mekanik. “Iya, nggak ada yang spesial. Hampir semua part yang nempel di motor ini standar,” ujar Deny Mansur atau akrab dipanggil Komeng.
Wah, maca cih! Tapi kok motor bisa ngacir terus ya! Jadi penasaran mau cari tahu di mana keistimewaannya. Motor yang istimewa atau memang racernya yang punya peranan lebih. Atau juga, menang karena kombinasi keduanya yang memang pas. Ya joki, ya seting motor.

RASIO 11,7 : 1
Buat matik, Komeng yakin kalau rasio kompresi yang ditanam nggak perlu terlalu besar. Makanya, doi cuma sentuh kompresi di 11,7 : 1 doang. Ini menyesuaikan dengan bahan bakar yang wajib dipakai, Pertamax Plus.

Nah, angka 11,7 : 1 didapat dari beberapa ubahan di kepala dan blok silinder. Buat tambah kapasitas silinder, Komeng yang berambut cepak ini mengaplikasi piston milik Honda GL125 oversize 25. Artinya boring harus diganti dan dijejali piston diameter 57,25 mm. Kini, kapasitas silinder bengkak jadi 148,1 cc. Kurang dari 150 cc kan?

Mantapnya lagi, Komeng nggak menerapkan metode papas kepala silinder. “Head dan blok nggak dipapas, tapi cukup piston dibikin dome di bagian tengah sekitar 4 mm. Oh ya, kubah head juga dibikin 12º tapi bentuknya seperti kubah standar,” ungkapnya.

Setelah menggunakan piston GL125 dan ruang bakar diatur ulang, rasio kompresi sudah lumayan tinggi. Kini sudah hampir 12 : 1. Cukup dipadu Pertamax Plus dan timing pengapian CDI BRT yang juga wajib dipake.

ENGGAK NGERTI DIAL

Buat menemani klep 28 mm/24 mm merek TK, juragan Clinic Motor ini masih menggunakan noken-as standar. “Hanya dibubut dikit demi sedikit. Sorry nggak ngerti derajat-derajatan. Pokoknya kalau dicoba enak, artinya pas,” ceritanya jujur.

Komeng juga mengaku belum bisa dial noken as. Jadi doi juga nggak mudeng kalau ditanya istilah Titik Mati Atas (TMA) atau Titik Mati Bawah (TMB) segala. Weleh, belajar dong kalo mau maju.


ROLLER 8 MM
Maaf, itu bukan beratnya roller. Tapi karena Komeng percaya sama kemampuan roller standar. “Hanya sedikit bermain di roller. Masih pakai asli tapi sudah dilubangi pakai mata bor diameter 8 mm,” cuapnya sambil kasih alasan supaya tarikan tambah enteng.


















Kamis, Januari 15, 2009
Merancang Mesin Balap Skutik
Merancang Mesin Balap SkutikSangat menarik untuk merancang mesin balap skubek atau skutik Kan balap skubek baru aja dipentas dua Minggu lalu di Sentul Kecil. Bahkan kabar bagusnya, tahun depan ada 4 seri lagi. Untuk itu sebagai persiapan rasanya perlu teori yang pas supaya ada panduan dan tidak salah langkah.

Paling menarik untuk dicermati kelas 150 cc. Di Yamaha Mio harus menggunakan piston 57 mm. Sedang stroke standar Mio yaitu 57,9 mm. Bagaimana menentukan ukuran klep dan besarnya karburator yang digunakan?


Dan kita panggilkan Ibnu Sambodo yang begawan 4-tak Indonesia untuk berbagi ilmu. Menurut pria yang tinggal di Sleman, Jogja ini sebagai permulaan katanya harus menentukan letak power di rpm berapa. Jadi, bukannya menentukan besarnya klep dulu.

Ibnu mengambil contoh motor balap di tim Manual Tech. Peak power sekitar di 13.000 rpm untuk kelas 110 cc. Rata-rata tim lain bermain di 12.000 rpm. Biar gampang ditentukan di 12.000 rpm saja ya, maklum di skubek yang transmisi otomatis belum ada batasan. Juga karakter tenaga bagusnya di gasingan bawah.

Juga mesti tahu dulu gas speed (GS) di lubang porting. Menurut referensi dari tuner luar negeri 80 meter/detik. Untuk motor balap Ibnu, yaitu 100-105 meter/detik. Angka ini menentukan homogenitas campuran bensin-udara. Jika kelewat gede atau kurang dari 80 m/detik akan tidak homogen. Lebih gampang 100 m/detik saja ya.

Selanjutnya mencari ukuran diameter inlet port. Menurut mekanik beken disapa Pakde itu, paling gampang bisa diukur dari diameter lubang inlet di kepala silinder yang ketemu dengan intake manifold. Untuk menentukan besarnya bisa lihat rumus:

Diameter Piston2
Gas Speed= --------------------------x Piston Speed
Diameter Inlet Port2

Piston Speed = (2 x stroke x rpm)/60.
Yamaha Mio punya stroke 57,9 mm (0,0579 meter). Pada gasingan 12.000 rpm, maka Piston Speed = (2 x 0,0579 x 12.000)/60 = 23,16 meter/detik. Nah, dari sini bisa menghitung diameter inletnya. Yaitu:


Diameter Piston²
Diameter Inlet Port = √--------------------------x Piston Speed
Gas speed


0,057²
Diameter Inlet Port = √----------------- x 23,16
100


Diameter Inlet Port = 0,0274 meter = 27,4 m

Nah, dari sana ketahuan bahwa diameter inlet port 27,4. Dari sini memang rada rumit jika mau tahu ukuran diemeter klep ideal. “Harus melalui rumus yang panjang dan perlu riset lama. Terutama tahu dulu diagram kerja kem dan bikin pusing,” jelas Ibnu yang sarjana elektro sekaligus mesin itu.

Diameter klep tergantung letak peak power yang dimau
Untuk itu Ibnu mau kasih rumus ringan. Katanya diameter inlet port itu untuk ukuran motor cc kecil, yaitu 0,85 x diameter klep isap. Maka diameter klep isap = Diameter Inlet Port/0,85 = 27,4/0,85 = 32 mm.

Klep buang lebih kecil lagi. Besarnya berkisar 0,77 sampai dengan 0,80 x diameter klep isap. Jika diambil yang paling besar yaitu 0,80 x 32 = 25,6 mm. Nah, ini dirasa sangat gede jika klep isap 32 mm dan buang 26,6 mm. Rasanya seperti sangat susah dipasang pada kepala silinder yang hanya menggunakan piston diaemeter 57 mm.

Tapi rumus ini jika peak power kepingin berada di 12.000 rpm. Untuk ukuran matik harusnya lebih rendah lagi. Kan transmisi otomatis (CVT) butuh tenaga galak di putaran bawah supaya cepat melesat.

Jika tenaga bermain di gasingan 11.000 rpm klep isap 30,6 mm dan klep buang 24,5 mm. Kalau mau lebih rendah lagi misalnya di 10.000 rpm, maka klep isap 29,5 dan buang 23,6 atau 24 mm. Jadi, besarnya diameter klep tergantung dari letak peak power yang dimau.

Venturi Karbu
Menentukan besarnya venturi karburator juga bisa berpatokan dari perbandingan. Sebagai contoh diambil dari buku panduan flowbench merek Superflow SF-110/120. Perbandingannya 0,85 x diameter klep.

Sebagai contoh seperti di atas jika diameter klep isap 32 mm. Maka venturi karburator 32 x 0,85 = 27 mm. Namun dirasa susah mencari karburator ukuran 27 mm. Kalau mau lebih gampang, pilih aja yang 28 mm. Seperti Keihin PWK 28 misalnya.
Artikel diatas, ditulis cara menentukan besarnya diameter lubang intake atau isap di skubek. Contohnya di Yamaha Mio. Tentunya harus ditentukan dulu letak peak power di rpm berapa yang dimau.

Batang klep. Pilih yang sama dengan punya Mio biar gesekan ringan

Letak peak power atau tenaga puncak yang dimau akan menentukan besarnya diameter lubang isap. Juga akan menentukan pemilihan diameter payung klep dan ukuran karburator yang diterapkan.

Rupanya cara itu lumayan menarik perhatian skubeker yang doyang ngebut. Seperti Nugroho dari Surabaya. “Jika sudah tahu ukuran payung klep yang dipakai, kira-kira pakai punya klep apa dan gimana pasangnya?” tanya pemakai Yamaha Nouvo itu lewat SMS.

Untuk Yamaha Mio yang mau turun di kelas 150 cc pakai piston 57 mm, bisa menggunakan klep beberapa tingkatan. “Tergantung letak peak power ada di rpm berapa,” timpal Ibnu Sambodo, begawan 4-tak yang minggu lalu memberikan rumusnya.

(1) Klep Sonic
Misalnya menyesuaikan dengan klep yang tersedia di pasaran. Sebagai contoh klep Honda Sonic in 28 mm dan ex 24 mm. Herganya berkisar dari Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu. Namun risikonya harus potong batang klep lantaran kepanjangan. Kalau tidak repot comot aja merek TK, TDR atau Daytona khusus untuk Mio.

Klep ukuran 28/24 ini banyak dipakai skubeker. Jika menggunakan rumus yang diberikan Ibnu minggu lalu, karakter tenaga atau peak power berkisar di 9.000 rpm. Namun pakai klep ini harus menggeser posisi sudut klep di kepala silinder.

Untuk itu Chandra dari bengkel bubut Master Tjendana Bandung kasih panduan. Menurut Chandra, standar Mio klep in kemiringan dari vertikal 31,5 derajat dan klep buang 35,5 derajat. Jika memakai klep Sonic, kemiringan harus dibikin lebih landai supaya tidak saling bertabrakan.

Dari perhitungan menggunakan rumus sinus dan cosinus, didapat klep isap kemiringannya harus dibikin 29,1 derajat. “Klep buangnya 33,5 derajat dengan memperhitungkan jarak antar klep 4 mm,” jelas Chandra langsung dari Jl. Pagarsih, No. 146, Bandung.

Pasang klep lebar. Kemiringan klep harus diatur ulang di tukang bubut

Jarak antar klep bagusnya 3-4 mm supaya mesin adem

(2) Klep EE 31/25,5 mm
Pilihan kedua, jika tenaga mesin mau berada di kisaran 11.000 rpm. “Bisa pakai klep berlogo EE yang diameter payung klep isap 31 dan buang 25,5 mm,” jelas Mariasan Kocek dari JP Racing di Ciputat, Tangerang.

Jangan lupa jarak antar klep diseting 4 mm dan sudut kemiringan klep isap 28 derajat dan buang 33 derajat. Karakter klep EE antijeber alias tidak mengembang meski menggunakan per yang keras dan kem lift tinggi.

Klep ini memang batangnya lebih panjang. Konsekuensinya harus main potong supaya ukurannya sama dengan punya Mio. Namun kelebihannya diameter batang klep kecil alias sama dengan punya Yamaha Mio. Sehingga gesekan lebih ringan.

Meski harus main potong batang, namun harganya lumayan ringan. Katanya sih pihak JP Racing menjualnya dengan banderol Rp 150 ribu.

(3) Klep GL Pro Platina
Pilihan lain bisa coba klep GL-Pro platina alias tipe lama. Diameter payung klep in 31,5 mm dan ex 26 mm. Dipastikan cocok untuk mengejar tenaga di gasingan 11.500 rpm. Harganya lumayan bersahabat. Seperti buatan Indoparts yang dilego kisaran Rp 70 ribu.

Untuk pemasangan klep ini Chandra yang spesialis ubah klep itu kasih bocoran. “Kemiringan klep isap dipasang 27,5 derajat, sedang kemiringan klep buang 32,5 derajat, kondisi ini jarak antar klep biar aman 5 mm,” jelas Chandra.

Namun menggunakan klep GL-Pro meski murah ada konsekuensinya. Batang harus dipotong lantaran kepanjangan. Juga diameter batang klep lumayan gede, yaitu 5,5 mm. Bandingkan punya Mio asli hanya 5 mm.

Jarak Antar Klep
Jarak antar klep memang tergantung dari kem. Terutama overlap dan lift. “Namun jangan kelewat jauh mematok jarak antar katup isap dan buang. Bagusnya sih 3 sampai 4 mm,” jelas Jesi Lingga Siwanto dari JP Racing.

Dari analisis Jesi, jika jarak antar klep 5 mm atau lebih akan berakibat mesin panas. Biasanya leher knalpot membara. Menandakan temperatur mesin tinggi./Shinobi_23
Created by A-Stlye Community













Untuk Semua Merek
Road race skubek identik sekali dengan balap satu merek. Iya selalu didominasi Yamaha Mio. Seperti gelaran Matic Bike Race di Sirkuit Sentul, Desember tahun lalu. Hampir semua tim memakai Yamaha. Perbandingannya 95% Yamaha dan 5% merek lain. Padahal, balapan ini terbuka untuk semua merek.

Bisa jadi, meski bukan yang pertama nongol, Yamaha Mio skubek pertama yang langsung mengena pasar Indonesia. “Dan yang pasti Mio sangat enak diutak-atik. Konstruksi mesin sangat modifable alias gampang dimodif,” ucap Deden Gantar, pembalap skubek from Bandung.

Tidak Cuma itu, variasi dan part pendukung untuk Yamaha Mio sangat melimpah. Baik itu yang versi Thailand maupun lokal. Secara hitungan ekonomi juga lebih murah memodifikasi Yamaha Mio yang katanya buat cewek ABG itu.

Persoalannya, terjadi keributan di komunitas skubek ketika MOTOR Plus menerbitkan kisi-kisi regulasi kelas bore up 150 cc. Pengguna Yamaha Mio sangat tidak setuju jika stroke atau langkah piston diperbolehkan naik.

Dengan begitu, tim dan pembalap yang menggunakan Yamaha Mio seperti egois. Kan stroke Mio standar pabrik saja paling besar, yaitu 57,9 mm. Cukup pasang piston 57 mm akan didapat 147 cc. Artinya, layak turun kelas 150 cc. Bahkan liner silinder masih tebal, bisa pake seher lebih gede lagi.

Sementara tim yang menggunakan merek lain akan dirugikan. Cara satu-satunya buat mereka mendongkrak stroke. Seperti Honda Vario dan BeAT yang hanya 55 mm. Paling gede pakai piston 58 mm akan didapat 145 cc. Jika lebih dari itu, blok silinder jadi tipis, dikhawatirkan pecah atau tidak kuat balap.

Jika stroke tetap, pasti ditinggal lawan. Makanya Fredy yang mantan pegokart dan pereli mobil itu memberi kesempatan pemakai Vario dan BeAT untuk naik stroke. Seandainya, pin stroke variasi bisa dipakai kan naik 3 mm. Jadinya, stroke 58 mm. Supaya aman pakai piston 57 mm didapat kapasitas silinder 148 cc.

Begitupun pemakai Suzuki Spin atau Skywave. Untuk mengejar 150 cc dianjurkan juga ikut naik stroke. Kan stroke standar hanya 55,2 mm. Supaya murah tinggal menggunakan piston Suzuki Thunder 125. Tidak perlu modifikasi banyak lantaran lubang pin piston Spin dan Thunder 125 sama-sama 14 mm. Namun hanya didapat volume silinder 140 cc.

Untuk mengejar 150 cc, silakan stroke jadi 58,2 mm. Trus pakai piston Thunder 125 yang 57 mm otomatis didapat kapasitas silinder 148 cc. Pasti bejaban dengan Yamaha Mio. Begitu pertimbangannya.

STROKE MAKSIMAL NAIK 6 MM

Dari regulasi yang pernah ditulis, banyak juga yang bertanya. Menyangkut kalimat yang tertulis: Stroke maksimal naik 6 mm. Ini didapat dari memindahkan pin kruk as maksimal digeser 3 mm keluar. Hasilnya stroke maksimal hanya naik 6 mm kan?

Maksimal digeser 3 mm dengan pertimbangan pada kekuatan kruk as. Juga pada pertimbangan biaya yang dikeluarkan. Bahkan tidak perlu menggeser pin kruk as juga bisa dilakukan supaya murah dan tidak merusak kruk as. Caranya menggunakan pin stroke variasi.

“Pin stroke variasi juga maksimal 3 mm yang bagus. Langkah piston akan naik jadi 6 mm,” jelas Yesi Liga Siswanto alias Coki, bos dari Kawahara Racing yang menjual pin stroke untuk Vario dan Mio ini.